Kamis, 07 Oktober 2010

Sedekah Ke Anak Yatim

Oleh: Mardeni Dzalila

Saya termasuk yang rutin membaca tulisan artikel Ustadz Yusuf Mansyur, di situs wisatahati.com. Terutama mengenai amalan sedekah. Awalnya saya sendiri tidak tahu akan memulainya dari mana. Salah seorang teman saya bercerita mengenai anak yatim di lingkungan rumahnya. Sehari sebelumnya setelah membaca artikel Ustadz mengenai anak yatim, saya berpikir dari mana saya bisa mendapatkan tiga anak yatim saja yang bisa saya kasih sedekah. Soalnya, untuk urusan seperti ini, saya tidak mengerti sama sekali.

Ternyata Allah mendengar suara hati saya, teman saya tadi bercerita bahwa di lingkungan rumahnya terdapat 3 anak yatim sama seperti yang saya inginkan. Alhamdulillah, sekarang sudah terealisasi impian saya tersebut, meski baru beberapa kali. Insya Allah saya ingin rutin sepanjang hidup saya. Mohon doanya.

Pengalaman yang menarik buat saya, suatu ketika saya ingin sekali bersedekah (rutin tiap bulan). Namun pada saat itu uang saya mepet, sementara kebutuhan lainnya menumpuk. Karena saya sudah berjanji pada diri saya untuk selalu bersedekah akhirnya saya keluarkan uang saya. Hari Kamis tanggal 6 Maret siang, saya ketemu dengan teman (melalui dialah, saya biasa menitipkan uangnya). Sesampainya di kantor, jam 16.15-an, saya mendapatkan nota dinas yang isinya menugaskan saya untuk ikut pelatihan selama 5 hari. Saya berpikir apakah ini ya, arti dari yang disebutkan Pak Ustadz bahwa jika kita bersedekah maka nilai yg akan kita terima 10 kali lipatnya.

Perlu diketahui bahwa SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas, red) selama perjalanan dinas saya (5 hari tadi) nilainya 10 kali lipat dari apa yang saya sedekahkan. Dan setelah dipotong dengan biaya makan, menginap dan perjalanan nilainya sama dengan kebutuhan yang saya harus penuhi. Alhamdulillah, ternyata Allah mencukupi kebutuhan saya, seperti doa saya. Satu hal yang saya herankan waktu pengiriman tugas, atasan saya tidak pernah mengajukan saya untuk ikut diklat.

Tetapi nama saya tercantum di situ. Setelah saya tanya kepada teman yang lain, di bagian diklat ternyata surat itu harus keluar paling akhir pada tanggal 6 Maret, dan surat dinas tersebut keluar pada jam 15.30-an. Nama saya dicantumkan di situ karena pihak proyek belum mengeluarkan list nama peserta padahal waktunya sudah habis. Maka dicantumkanlah nama saya. Mulanya saya ingin membatalkannya, tapi ini kesempatan bagi saya untuk mengikuti diklat, tambah ilmu dan wawasan tentunya.

Akhirnya saya berangkat, meski ada teman saya yang tidak setuju. Pada saat diklat, peserta perwakilan keseluruhan (harusnya) 5 peserta karena saya ikut jadi 6 peserta. Menjelang hari H, saya berkeinginan pulang, tidak jadi ikut pelatihan. Teman saya (panitia) berusaha meyakinkan saya untuk tetap ikut. Tetapi saya tidak enak hati (soalnya, total peserta hanya 25), namun saya putuskan untuk tetap tinggal.

Keesokan harinya pada saat mulai acara diklat, ternyata total peserta tercapai 25 orang, salah satu teman saya (yang diusulkan ternyata sakit dan tidak dapat mengikuti diklat) dan secara otomatis saya ditunjuk sebagi badal (pengganti, red). Sekali lagi saya berpikir, apakah ini jalan yang telah digariskan Allah untuk saya, Subhanallah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar